Kumpulan cerita panas terbaru, cerita seks, cerita dewasa, cerita tante girang dan cerita 17 tahun keatas lainnya.

Senin

Selingkuh dengan Tina adik Iparku

Cerita Panas - Kisah ini bermula ketika gue harus tinggal bersama merua, yang mana mertua cowok gue udah meninggal, dan ada 5 saudara istri gue disana, salah satunya adalah adik ipar gue yangakhirnya bakal menjadi Cerita selingkuh antara gue dengan adik ipar. Dari itu istriku berharap gue tinggal di rumah supaya kita tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. dalam keluarga itu kami berenam, dan hanya ada 2 pria, gue yang berusia 30 tahun dan adik ipar gue paling kecil berumur 1 tahun. Jadi... begini nih ceritanya. Awal September lalu gue tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika gue bekerja jarang sekali gue dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, gue cuek saja bahkan gue semakin terbuai dengan kemalasanku. Pagi sekitar pukul 8 wib, baru gue terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah... mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat gue mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh... ternyata dia bersama tantenya Tina yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Tina mengganti celana anakku, "Kemana mamanya, tin...?" tanyaku. "Lagi ke pasar Bang" jawabnya "Emang gak diberi tau, ya?" timpalnya lagi. gue melihat Tina pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia meihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku. "Kenapa kamu?" tanyaku heran " Anu bang..." sambil melihat kembali ke bawah. "Oh... maaf ya, tin?" terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, gue lagi bugil. Hmmm... tadi malam abis tempur sama sang istri hingga gue kelelahan dan lupa memakai celana. Anehnya, Tina hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir "Abis tempur ya, Bang. Mau dong..." Katanya tanpa ragu "Haaa..." Kontan aja gue terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini gue jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku. Dua hari setelah mengingat pernyataan Tina kemarin pagi, gue tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu gue tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah... masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi gue tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak gue sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Luna Maya. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya gue dan Tina di rumah. Sewaktu itu gue ke kamar mandi belakang untuk urusan "saluran air", gue berpapasan dengan Tina yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu. Selagi gue menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor. "Siapa?" tanyaku "Duhhhh... kan cuma kita berdua di rumah ini, bang" jawabnya. "Oh iya, ada apa, tin...?" tanyaku lagi "Bang, lampu di kamar gue mati tuh" "Cepatan dong!!" "Oo... iya, bentar ya" balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Liza. aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya gue dapat meraih lampu yang dimaksud. "Za, kamu pegangin nih kursi ya?" perintahku "OK, bang" balasnya. "Kok kamu belum pake baju?" tanyaku heran. "Abisnya agak gelap, bang?" "ooo...!?" aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Liza. Dan... braaak gue jatuh ke ranjang, gue menghimpit Liza. "Ou...ou..." apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka. "Maaf, tin" "Gak apa-apa bang" Anehnya Tina tidak segera menutup handuk tersebut gue masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, gue yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang. Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami, dengan berani kucium bibirnya, Tina hanya terdiam dan tidak membalas. "Kok kamu diam?" "Ehmm... malu, Bang" aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus gue melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Tina mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. Gunung kembar miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit. "Ouhh... sakit, Bang. Tapi enak kok" "Za... tubuh kamu bagus sekali, sayang... ouhmmm" Sembari gue melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Tina tidak melarang gue bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi gue diam saja. Sungguh indah dan harum memeknya Liza, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini gue menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku. "Adauuu.... sakiiit" tentu saja ia melonjak kesakitan. "Oh, maaf tin" "Jangan seperti itu dong" merintih ia "Ayo lanjutin lagi" pintanya "Tapi, giliran gue sekarang yang nyerang" aturnya kemudian Tubuhku kini terlentang pasrah. Tina langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya. "Ohhh... tin, enak kali sayang, ah...?" kalau yang ini entah ia pelajari dari mana, masa bodo ahh...!! "Duh, gede amat barang mu, Bang" "Ohhh...." "Bang, Tina sudah tidak tahan, nih... masukin jalantol mu, ya Bang" "Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan" Tina kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang memeknya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya. "Ouuu...ahhhhh...." blessss... seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Liza. "Aduuuh, Baaaang..... akhhhhh" Tina mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu daranya. Hal tersebut menjadi perhatianku, gue tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang gue mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya. Tina semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya. "Akhhhh... gue sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih. Ahhh... ahhh... ouhhh" "Jangan dulu tin, tahan ya bentar" hanya sekali balik kini gue sudah berada diatas tubuh Liza, genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Tina terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan. "Ampuuuun... ahhhh... ahhhh... trus, Bang" "Baaang... goyangnya cepatin lagi, ahhhh... dah mau keluar nih" Liza tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku. "Oughhhhh... abang juga mau keluar, tin" kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Tina membana di ruang kamar. Erangang panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini. "Akkhhhhhh..... ouughhhhh.... ouhhhhhh" "Enak, Baaaangg...." "Iya sayang.... ehmmmmmm" kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vag|na Tina dan setelah itu ku sodorkan jalantol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya. "mmmmmmuaaachhhhh..." dikecupnya kontolku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas. skandal seks itu terus kami lakukan di setiap kesempatan, dan kesempatan itu selalu kami gunakan untuk bercinta, seks dan yang memuaskan nafsu birahi kami berdua. demikian cerita seks ku, gue selalu berharap suatu saat ini berakhir.

Unordered List